Euforia Berita Hoax Dalam Perkembangan Teknologi
News atau berita merupakan kebutuhan dan hak yang harus diperoleh oleh masyarakat sebagai penambah ilmu pengetahuan dan pemerluas wawasan dalam konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian sebenarnya berita atau infomasi sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat untuk menunjang perkembangan wawasan dan kemajuan pola berfikir, sarana informasi yang digunakan oleh masyarakat sebagai alat pertimbangan untuk pengambilan keputusan dalam sebuah kejadian, serta alat referensi oleh organisasi-organisasi besar untuk pengambilan keputusan yang bersifat manajerial.
Tidak hanya sekedar menginformasikan suatu nilai berita yang menambah wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat, berita juga berfungsi sebagai sarana hiburan dengan tipikal berita yang bermacam-macam. Salah satunya adalah berita yang berkarakter keras (hard news) atau juga soft news seperti feature (berita perjalanan, wisata, dll). Berita soft news ini menjadi sarana hiburan bagi masyarakat. Dalam hal ini tentu saja nilai dan akurasi berita harus dipertimbangkan dan benar-benar diketahui oleh khalayak, agar berita yang disajikan bukan sekedar fiktif belaka. Sebab fakta menjadi nilai akan keunggulan dan akurasi sebuah berita.
Namun pada akhir-akhir ini banyak berita yang sama sekali tidak memiliki akurasi atau kebenaran seperti di lapangan, hingga akhirnya berita ini di anggap 'Hoax' atau berita bohong. Hal ini marak di perbincangkan oleh kalangan netizen dan juga masyarakat Indonesia sebagai khalayak konsumen berita informasi yang tersaji di media massa maupun sosial.
Dalam perkembanganya, berita hoax dipengaruhi oleh pesatnya perkembangan teknologi yang semakin maju dengan fitur-fitur yang tersedia di dalamnya. Pesatnya perkembangan teknologi ini seperti perkembangan gadget yang semakin cangih dengan fasilitasnya, sehingga memikat konsumen untuk membeli dan menggunakan jasa teknologi sebagai pemenuh kebutuhanya dalam mengakses informasi melalui media sosial.
Dengan perkembangan teknologi yang ada, maka peningkatan berita hoax semakin mudah disebarluaskan dan diterima oleh kalangan masyarakat penikmat akses tersebut. Berkaitan dengan hal ini tentu saja tidak hanya satu atau dua situs pelayanan berita hoax yang kerap kali muncul dan disajikan di media sosial seperti facebook, youtube, instagram dan lain sebagainya. Maraknya berita hoax di Indoonesia dapat kita sebut sebgai euforia berita hoax dalam perkembangan teknologi, karena hingga saat ini menurut Menteri Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) Rudiantara, mengatakan hingga saat ini sudah ada 800 ribu situs berita hoax, seperti dilansir detik.com 29 Desember 2016 silam.
Penyebaran berita hoax lebih banyak menggunakan media sosial sebagai ajang penyebaran informasi melalui beberapa situs, seperti yang disampaikan oleh Times Indonesia melalui hasil survei Masyarakat Telematika (Mastel). Menurut ketua bidang kebijakan strategis Mastel, Teguh Prasetya, tak kurang dari 92,4 persen responden mendapat berita atau informasi hoax dari media sosial, sementara dengan survei yang sama 62,8 persen responden mengaku mendapat hoax dari aplikasi perpesanan, 34,9 persen dari situs web dan 8,7 persen dari televisi. Sedangkan mengenai isi atau konten yang ada pada berita hoax seperti dilansir Times Indonesia di antaranya, 91,8 persen mendapati masalah politik, masalah SARA 88,6 persen, kesehatan 41,2 persen, makanan dan minuman 32,6 persen, keuangan 24,5 persen serta ilmu pengetahuan dan teknologi 23,7 persen.
Dari data dan fakta yang disampaikan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika (KOMINFO), serta data dari survei yang dilakukan oleh masyarakat telematika atau Mastel, menunjukkan bahwa di Indonesia akhir-akhir ini sedang terjadi euforia berita hoax yang sangat besar. Dengan demikian adapun cara untuk membedakan berita hoax atau tidak pertama, hati hati dengan judul berita yang provokatiaf. Kedua, cermati alamat situs. Ketiga periksa fakta. Keempat, cek keaslian foto dan yang terakhir, kelima, ikut serta group diskusi anti hoax.
Tidak hanya sekedar menginformasikan suatu nilai berita yang menambah wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat, berita juga berfungsi sebagai sarana hiburan dengan tipikal berita yang bermacam-macam. Salah satunya adalah berita yang berkarakter keras (hard news) atau juga soft news seperti feature (berita perjalanan, wisata, dll). Berita soft news ini menjadi sarana hiburan bagi masyarakat. Dalam hal ini tentu saja nilai dan akurasi berita harus dipertimbangkan dan benar-benar diketahui oleh khalayak, agar berita yang disajikan bukan sekedar fiktif belaka. Sebab fakta menjadi nilai akan keunggulan dan akurasi sebuah berita.
Namun pada akhir-akhir ini banyak berita yang sama sekali tidak memiliki akurasi atau kebenaran seperti di lapangan, hingga akhirnya berita ini di anggap 'Hoax' atau berita bohong. Hal ini marak di perbincangkan oleh kalangan netizen dan juga masyarakat Indonesia sebagai khalayak konsumen berita informasi yang tersaji di media massa maupun sosial.
Dalam perkembanganya, berita hoax dipengaruhi oleh pesatnya perkembangan teknologi yang semakin maju dengan fitur-fitur yang tersedia di dalamnya. Pesatnya perkembangan teknologi ini seperti perkembangan gadget yang semakin cangih dengan fasilitasnya, sehingga memikat konsumen untuk membeli dan menggunakan jasa teknologi sebagai pemenuh kebutuhanya dalam mengakses informasi melalui media sosial.
Dengan perkembangan teknologi yang ada, maka peningkatan berita hoax semakin mudah disebarluaskan dan diterima oleh kalangan masyarakat penikmat akses tersebut. Berkaitan dengan hal ini tentu saja tidak hanya satu atau dua situs pelayanan berita hoax yang kerap kali muncul dan disajikan di media sosial seperti facebook, youtube, instagram dan lain sebagainya. Maraknya berita hoax di Indoonesia dapat kita sebut sebgai euforia berita hoax dalam perkembangan teknologi, karena hingga saat ini menurut Menteri Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) Rudiantara, mengatakan hingga saat ini sudah ada 800 ribu situs berita hoax, seperti dilansir detik.com 29 Desember 2016 silam.
Penyebaran berita hoax lebih banyak menggunakan media sosial sebagai ajang penyebaran informasi melalui beberapa situs, seperti yang disampaikan oleh Times Indonesia melalui hasil survei Masyarakat Telematika (Mastel). Menurut ketua bidang kebijakan strategis Mastel, Teguh Prasetya, tak kurang dari 92,4 persen responden mendapat berita atau informasi hoax dari media sosial, sementara dengan survei yang sama 62,8 persen responden mengaku mendapat hoax dari aplikasi perpesanan, 34,9 persen dari situs web dan 8,7 persen dari televisi. Sedangkan mengenai isi atau konten yang ada pada berita hoax seperti dilansir Times Indonesia di antaranya, 91,8 persen mendapati masalah politik, masalah SARA 88,6 persen, kesehatan 41,2 persen, makanan dan minuman 32,6 persen, keuangan 24,5 persen serta ilmu pengetahuan dan teknologi 23,7 persen.
Dari data dan fakta yang disampaikan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika (KOMINFO), serta data dari survei yang dilakukan oleh masyarakat telematika atau Mastel, menunjukkan bahwa di Indonesia akhir-akhir ini sedang terjadi euforia berita hoax yang sangat besar. Dengan demikian adapun cara untuk membedakan berita hoax atau tidak pertama, hati hati dengan judul berita yang provokatiaf. Kedua, cermati alamat situs. Ketiga periksa fakta. Keempat, cek keaslian foto dan yang terakhir, kelima, ikut serta group diskusi anti hoax.
Tidak ada komentar