Tercatat 2.341 Bencana Alam Terjadi Selama Tahun 2017
Foto : Surya/ Rahadian Bagus Priambodo |
Menurut data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), selama tahun 2017 hingga 20 Desember 2017 telah terjadi 6.893 kali gempa, dimana gempa denga kekuatan lebih dari 5 SR sebanyak 208 kali. Gempa dirasakan sebanyak 573 kali, di mana gempa tersebut merusak sebanyak 19 kali, gempa dengan kekuatan 6,9 SR yang terjadi di Barat Daya Tasikmalaya menyebabkan kerusakan rumah lebih dari 5.200.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) juga memberikan data mengenai beberapa gunung yang bersetatus awas di Indonesia.
"Dari 127 gunung api di Indonesia, hanya ada dua gunung api yang status awas, yaitu gunung Sinabung sejak 2 Juni 2015 hingga sekarang dan gunung Agung sejak 27 November 2017 sampai sekarang, jika gunung Api berstatus awas maka berpotensi tinggi terjadi erupsi, dan yang terpenting masyarakat tidak melakukan aktivitas apapun di dalam radius berbahaya," ungkap PVMB.
Menteri Pariwisata, mengatakan kerugian dan kerusakan yang ditimbulkan akibat bencana mencapai puluhan trilyun rupiah, dan hingga saat ini masih dilakukan perhitungan dampak dari bencana tersebut, Ia juga menambahkan kerugian ekonomi paling besar akibat bencana selama tahun 2017 adalah dampak dari peningkatan aktivitas vulkanik dan erupsi gunung Agung di Bali.
“Pada penetapan status awas di bulan September 2017, yang kemudian terjadi erupsi gunung Agung pada 26-30 November 2017 telah menyebabkan kerugian mencapai 11 trilyun rupiah, kerugian di sector pariwisata di Bali mencapai 9 trilyun rupiah dari dampak erupsi gunung Agung, serta kerugian ini sebagian besar berasal dari kredit macet masyarakat yang harus mengungsi dari sector pariwisata,” tegas Menteri Pariwisata.
Menurut Kepala Pusat Data informasi (KPDI), Sutopo Purwo Nugroho mengatakan beberapa kerusakan dan kerugian akibat bencana yang terjadi pada tahun 2017, yang teridiri dari bencana banjir dan tanah longsor, siklon tropis Cempaka sekitar 1,13 trilyun rupiah, banjir Belitung 338 miliar rupiah, banjir dan longsor di 50 kota 253 miliar rupiah, dan longsor Cianjur sekitar 68 milyar rupiah.
"Tentu saja bencana ini banyak berpengaruh pada masyarakat yang terdampak, dan memerosotkan ekonomi serta kesejahteraan masyarakat, apalagi mengalamai bencana banjir secara berulang-ulang di berbagai daerah di Indonesia, yang menyebabkan lahan pertanian masyarakat terendam air dan berakibat gagal panen, karena kita memang tinggal di Negara yang kaya bencana,” ungkap Sutopo.
Sutopo juga menambahkan Indonesia adalah Negara laboratorium bencana, bukan super market bencana dan sudah seharusnya siap menghadapi bencana, karena bencana merupakan keniscayaan yang dimana besar kecilnya sangat ditentukan oleh alam.
“pengaruh manusia begitu dominan merusak alam, meningkatakan kerusakan hutan, degradasi lahan, kerusakan lingkungan, krisis air yang telah memicu terjadinya bencana. Untuk itulah pengurangan resiko bencana harus menjadi mainstream dalam pembangunan di semua sector, pengurangan resiko bencana menjadi investasi pembangunan untuk kita, dan generasi mendatang.” Imbuh Sutopo. (Ali)
Tidak ada komentar