Teater Kopi Tampil Percaya Diri Di Festival Teater Mahasiswa Se-Jatim
Lpm.papyrus.com – Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Kopi Universitas Tribhuawan Tunggadewi (Unitri) Malang ikuti Festival Teater Mahasiswa "Sepasangan Aktor" dalam rangka memperingati Bulan Bahasa, di Universitas Negeri Malang (UM), Sesala (23/10).
Festival Teater Mahasiswa Se-Jawa Timur, Sepasang Aktor yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Sastra Indonesia, (UM) dalam rangka memperingati bulan bahasa yang sudah belangsung sejak hari senin. Bersamaan dengan itu, Teater Kopi yang sudah berusia delapan tahun, mencoba menunjukkan kembali eksistensi dan kebolehannya di bidang seni peran, dengan ikut berpatisipasi dalam ajang tersebut.
“Sebagai Anggota Teater Kopi kami hanya ingin menunjukkan bahwa UKM Teater Kopi juga memiliki keberanian untuk bersaing, dan kompak untuk tampil di depan khalayak yang lebih luas, tidak hanya di lingkup Unitri saja,”ujar Gufron selaku Ketua Umum Teater Kopi.
Pimpinan Produksi (Pimpro) lakon drama Sartini dan Dasim, Stephen Ermanda Saputra, menunjukkan semangat dan rasa percaya yang tinggi akan keberhasilan pementasan tersebut, Pasalnya Teater Kopi diaggap sebagai salah satu teater kampus yang diperhitungkan di Malang, menurutnya Teater Kopi sudah melakukan proses yang maksimal, mulai dari pra produksi sampai pasca produksi.
“Saya sebagai Pimpro memang sudah yakin 100% kalau pementasan ini akan berhasil, dan Puji Tuhan kita sudah menyelesaikan pertunjukkan ini dengan baik sesuai dengan harapan, Ia optimis menang, walapun menang itu cuma bonus,"tuturnya.
Pemeran dan peserta dalam ajang Pentas Seni Mahasiswa di UM - Ovi |
Koordinator Crew Musik, Alifah Miftahul Jannah, anggota muda Teater Kopi, mengungkapkan banyak kesulitan dan kendala yang dialami crew music selama proses penggarapan, mulai dari pemberlakuan jam kampus yang terbatas sampai jam sepuluh malam, mengkoordinir crew music yang lain, menyesuaikan jadwal kuliah, sampai pada kesulitan bermain musik gamelan. menurutnya hal tetsebut dikarenakan rata-rata personilnya baru pertama kali memainkan musik tersebut.
“Sebenarnya kendala kami hanya waktu memainkan musik, tapi yang buat kami gak tenang karena pemberlakuan jam malam kampus, ementara perkulahan selesai sampai jam delapan malam, otomatis waktu latihan cuma satu sampai satu setengah jam. Ditambah lagi kesulitan para crew yang baru pertama memainkan musik gamelan, tapi terlepas dari semua itu, Alhamdulillah semuanya berjalan dengan lancar, intinya aku bangga pada kalian,”tutupnya.
Naskah yang berjudul Sartini dan Dasim, karya Sigit Priyo Utomo yang diadaptasi dari naskah Ludruk berjudul Rumah Gila karya Sutak Wardiono berhasil dipentaskan dengan maksimal di Laboratorium Drama, Fakultas Bahasa dan Sastra UM, Hafis dan Hesti tokoh pemeran utama Dasim dan Sartini, mengungkapkan rasa bangga karena mereka telah berhasil menyelesaikan pertunjukan, khususnya dalam memerankan tokoh masing-masing.
”Naskah ini memang bukan naskah yang mudah, jadi kami harus berusaha keras selama satu bulan terakhir untuk menghilangkan karakter diri saya sendiri, saya belajar banyak bahwa proses tidak segampang dan semudah yang dibayangkan, banyak hal yang harus dikorbankan khususnya korban perasaan, menjadi seorang aktor tidak hanya bermodal percaya diri saja, tapi juga harus memiliki komitmen dan rasa percaya diri yang tinggi,"jelas Hafis dan Heati.
"Proses itu tidak mudah, komitmen, bertanggung jawab, serta optimis tidak mudah pesimis, karena aktor yang professional adalah aktor yang tidak egois dan selalu berusaha mengeluarkan karakter diri dari tubuhnya dan masuk kedalam tubuh tokoh yang diperankannya,”tutup Hesti saat diwawancarai wartawan papyrus. (ovi)
Tidak ada komentar