Media Pers di Persimpangan Jalan, LPM Bergerak
Pemaparan terkait kondisi LPM Malang saat ini |
Lpm-papyrus.com- Mengingat media pers yang kini semakin tergerus oleh arus kapitalisme dan media digital, Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Malang tidak lantas diam begitu saja.
Persatuan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) Malang mencoba mengkaji permasalahan tersebut dengan mengadakan diskusi terkait keberlanjutan LPM di Malang Raya yang bertempat di Universitas Tribhuwana Tunggadewi (Unitri) Malang dengan mendatangkan dua pemateri dari media Malang Post dan Media Surya Malang, Minggu (29/09).
Tidak menutup mata, bahwa media cetak yang saat ini sudah mulai ditinggalkan, membuat media pers harus merancang ide untuk bagaimana informasi yang disajikan bisa dinikmati oleh khalayak tidak hanya dari satu arah, melainkan juga dua arah.
Hal tersebut dikaji bersama dengan wartawan Harian Malang Post Sisca Angelina, pihaknya mengatakan bahwa media apapun yang menjadi tempat kita menyajikan informasi haruslah merambah pada design E-Paper, dimana laman online juga harus dapat memberikan informasi berupa “Infografis”, dimaksudkan agar informasi yang disajikan melalui website online atau media sosial hanya berisi point-poinnya saja, sedangkan untuk isi informasi lebih detail bisa dibaca di media cetak.
“Sekarang ini kan kita akui bahwa media cetak sudah mulai ditinggalkan, akan tetapi setiap media juga memiliki cara bagaimana setiap berita bisa tetap dimuat di media cetak, tak hanya mulai merambah pada online saja, namun perlu juga memperhatikan news room untuk merancang cara bagaimana koran, majalah, tetap dinikmati oleh pembaca, yaitu dengan cara membuat daya tarik pembaca melalui infografis yang berisi informasi poin per poin di website atau media online lainnya," pungkasnya.
Selain permasalahan media yang mulai meninggalkan produk cetak, LPM di Indonesia sedang berada di persimpangan jalan, artinya dimana peraturan RKUHP dan kurang kuatnya payung hukum mulai melemahkan banyak media pers, terutama LPM yang ada di malang, sebab adanya unsur kapitalisme pada suatu institusi serta kebijakan yang dinilai otoriter.
Seperti halnya yang dikatakan oleh Jurnalis Surya Malang, Benni Indo.
"Jika LPM di malang dimatikan, maka tidak akan ada lagi dialog kehidupan dalam lingkup akademik, semakin berkembangnya nilai-nilai kapitalisme maka akan semakin menggerus prinsip idealisme suatu generasi, maka dari permasalahan itu semua perlu adanya gerakan yang menyatukan semua LPM di Indonesia, agar tetap dapat menjadi lembaga yang dipercaya oleh semua golongan terlebih di lingkungan kampus masing-masing mengenai penyajian informasi berdasarkan fakta yang ada," ujarnya.
Pihaknya juga meyakini, LPM akan mampu bergerak menyamakan suara apabila mampu mengorganisir dan bekerja sama dengan Dewan Pers untuk mendapatkan payung hukum yang kuat, sebab potensi suatu regenarasi juga diperlukan untuk keberlanjutan media yang terpercaya.(erlin)
Tidak ada komentar