Menulis Ingatan Sejarah Lewat Buku Menjerat Gusdur
Pemotongan tumpeng di Harla Gubuk Tulis |
Papyrus - Buku Menjerat Gusdur dalam beberapa bulan ini sedang menjadi trending pembicaraan di kalangan para aktivis kampus maupun petinggi partai politik. Buku ini ditulis oleh Virdika Rizky Utama mantan aktivis Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Didaktika Universitas Negeri Jakarta.
Dalam diskusi bedah buku yang diadakan Gubuk tulis dalam rangka Hari Ulang Tahun yang keempat di Oase Caffe Merjosari, penulis buku Menjerat Gusdur Virdika memaparkan temuan-temuan data di Gedung Partai Golongan Karya pada saat ia masih menjadi wartawan magang di media Gatra. Temuan data itulah yang menjadi dasar terbitnya buku kedua miliknya yang diterbitkan oleh PT Numedia Digital Indonesia.
Virdika Rizky Utama ketika ditemui Papyrus di Oase Caffe mengatakan, awal mula penulisan buku Menjerat Gusdur disesuaikan dengan latar temuan data di Gedung Golkar yang menjadi dasar pemikiran untuk menulis ingatan dalam bentuk sebuah buku. Karena bagi Virdika, catatan kecil akan mengubah sejarah dengan perlahan malaupun waktunya lama.
“Penulisan buku ini yang susah adalah keterbatasan waktu, karena selama masa penulisan buku saya sementara menjalankan magang wartawan di media Gatra. Namun, setelah mau memulai penulisan buku Menjerat Gusdur ketika itu saya masih mendiskusikan dengan teman-teman di LPM untuk meminta solusi dalam menulis ingatan sejarah,” ungkapnya, Sabtu (07/3/20).
Lebih lanjut penulis yang akrab disapa Virdi juga menambahkan, menulis ingatan dalam sebuah karya tentunya membutuhkan analisis yang bagus serta pengumpulan data yang maksimal. Sebab katanya, menulis buku Menjerat Gusdur sangat membutukan kesabaran untuk mengonfirmasi orang-orang yang terlibat dalam pelengseran Gusdur semasa menjabat sebagai Presiden.
“Pada saat pertama mengawali untuk mengonfirmasi kepada sumber yang tertera dalam dokumen pelengseran Gusdur saya masih menjadi seorang jurnalis. Karena jabatan yang mulia itulah yang membuat saya bisa menemui beberapa narasumber yang tertera di buku saya sekarang,” imbuhnya.
Virdika juga berharap pada semua kalangan yang membaca buku karyanya agar tidak terlalu terbawa perasaan, apabila ada senior organisasi tertentu yang namanya tercantum pada dokumen yang mengantarkan sebuah kebaruan sejarah bobroknya demokrasi Indonesia yang dikuasai oleh kepentingan oligarki politik.
“Sebab, apabila masih ada yang baper dengan temuan data di buku saya. Maka dipastikan mereka-mereka itulah yang tidak menginginkan kebaruan sejarah bagi generasi selanjutnya. Karena sudah lama kita ditindas oleh politik oligarki yang ingin membodohi generasi intelektual sejak menempuh dunia pendidikan di negeri ini,” pungkasnya. (asra bulla)
Tidak ada komentar