Peringati Hari Ibu Nasional, Peran Laki-Laki Penting Mensuport Hari Ibu
Sulih Indra Dewi, S.Sos., MA., saat ditemui Wartawan Papyrus diruangannya |
Dalam rangka memperingati hari Ibu Nasional tahun ini yang bertemakan "Perempuan Berdaya Indonesia Maju", Sulih Indra Dewi, S.Sos., MA., selaku Dosen Komunikasi Universitas Tribhuwana Tunggadewi (Unitri) Malang, menjelaskan bahwa di masa pandemi seperti ini peran Ibu lah yang lebih terdampak.
"Lebih susah lagi bagi ibu, bagi perempuan di masa pandemi ini karena kita tahu bahwa masa pandemi ini memberikan banyak sekali perbubahan tatanan dalam hidup kita, karena disini kita lihat sebagai ibu ya apalagi kita melihat ibu adalah sosok yang pertama kali, Ia adalah tonggak pertama dalam keluarga. Nah kita tahu di era new normal ini kan semua pembelajaran berdasarkan online kemudian harus banyak dirumah dan ibu harus menjalankan perannya berlipat-lipat," jelasnya.
Seorang ibu tidak pernah berharap imbalan atau balasan atas apa yang sudah ibu lakukan kepada anaknya dari dulu betapapun besar pengorbanannya sebagai seorang ibu.
"Karena saya seorang anak dan saya juga seorang ibu tentunya sederhana ya, seorang ibu tidak akan pernah berharap anak-anaknya akan membalas apa yang sudah dilakukan gitu ya, tetapi karena ibu itu adalah sumber kasih sayang sebenarnya tanpa mereka meminta, kita itu sudah tahu kita pasti akan tergerak untuk melakukan yang terbaik bagi ibu kita," ungkapnya.
Peran laki-laki atau suami juga tidak kalah penting untuk mensuport ibu-ibu dan perempuan dalam kehidupan sehari-hari agar ibu atau perempuan tidak merasa selalu terbebani dan membuat stress di rumah.
"Sehingga diperingatan hari ibu ini kita juga ingin bapak, suami atau laki-laki juga memberikan dukungan begitu dengan meringankan apa yang bisa mereka lakukan. Jadi misalnya tanggung jawab rumah tangga atau pengasuhan anak, nah itu bukan lagi hanya menjadi tanggung jawab ibu atau istri jadi tetep di momen ini saya ingin menyuarakan tentang kesetaraan antara laki-laki dan perempuan bahwa kalau ibu itu sudah bahagia dibahagiakan oleh suaminya dibantu pekerjaannya, misalnya urusan rumah tangga dibantu hal-hal yang sepele, dia merasa bahagia dia pasti akan membesarkan anaknya dengan rasa bahagia juga dan itu berdampak pada anak," terangnya.
Sulih Indra Dewi berharap agar perempuan-perempuan yang nantinya akan menjadi Ibu benar-benar siap atas keputusannya, karena tidak mudah untuk menjadi seorang Ibu.
"Menjadi ibu itu memang harus banyak berkorban jadi ada kesiapan mental itu yang penting kita harus melengkapi diri kita dengan kemampuan, pengetahuan gitu ya terhadap banyak hal karena seperti yang dikatakan oleh Kartini dari seorang perempuanlah manusia itu pertama kali belajar itulah pentingnya pendidikan bagi perempuan, karena menjadi ibu tidak ada sekolahnya," tambah Sulih yang merupakan Wakil Dekan tersebut.
Herru PW, SAP., Msi., saat ditemui Wartawan Papyrus diruangannya |
"Bahwa ibu-ibu sekarang ini sudah menjadi multi fungsi di era sekarang karena bukan hanya dulu yang kita kenal, mungkin hanya bicara menasehati kita, tapi sekarang sudah lebih dari itu menurut saya dan kita gak akan bisa menggantikannya bahkan dengan uang sebanyak apapun dan perjuangan ibu perlu memang kita syukuri," ucapnya.
Heru juga berpendapat bahwa latar belakang dari hari ibu karena pergerakan perjuangan dahulu yang tidak hanya menginginkan laki-laki yang bisa berjuang namun perempuan juga.
"Karena lahirnya pemuda pada sumpah pemuda itu yang akhirnya menginisiasi dari kegiatan pergerakan perjuangan wanita pada saat itu sehingga bomber menuju bulan Desember itu akhirnya membuat proses perjuangan wanita pada saat itu bukan hanya ibu-ibu, tapi lebih banyak di dorong pada saat itu eksistensi bahwa tidak hanya laki-laki yang berjuang, dan kalian harus bisa berbakti kepada ibu," tutupnya. (Rinda/Freder)
Tidak ada komentar