PMKRI Komisariat Kanjuruhan Adakan Diskusi, Angkat Tema “Teologi Pembebasan”
Diskusi PMKRI Komisariat Kanjuruhan, di Jln Supriadi gang 1A |
Dikusi ini dihadiri oleh 4 komisarit untuk
mereview dan mempertajam mengenai bagaimana materi dipahami lebih spesifik dari
pendidikan berjenjang, pada saat Masa Bimbingan (Mabim) kemarin yang bahasannya belum dituntaskan.
Yohanes Wibowo sebagai pemateri mengakui bahwa mereview kembali materi Mabim dikarenakan
banyak permintaan dari anggota dan kebetulan dia sendiri yang memberikan materi
ketika Mabim, sehingga harus didiskusikan kembali pendidikan formalnya.
Wibowo menjelaskan teologi pembebasan adalah
inspirasi mengenai peran teologi dalam konteks kemasyarakatan. Bagaimana
keterkaitan agama dalam melihat kondisi sosial masyarakat, makanya disebut
teologi pembebasan juga teologi kontekstual.
“Jadi kita melihat jelas kondisi masyarakat
disaat ini dengan situasi yang ada
sehingga itu bagian dari cara untuk berteologi untuk kemasyarakatan,” jelasnya saat ditemui Papyrus, Kamis (22/4/2021).
Wibowo melanjutkan, PMKRI sebuah perhimpunan kaderisasi
perjuangan yang harus mampu untuk melihat situasi dalam masyarakat.
“PMKRI adalah perhimpunan mahasiswa Katolik
Indonesia yang hanya selama ini, melihat tentang wacana. Keadaan dilihat dari
pandangan-pandangan akademis saja. Hal itu dapat memperluas jangkauan. Melihat
keterbatasan sesungguhnya dalam masyarakat dan terlibat di dalamnya,” tambahnya.
Yohaneas Paulus S.Ola sebagai ketua Komisriat
Kanjuruhan sekaligus peserta diskusi menanggapi materi teologi pembebasan tersebut.
“Rasanya mau memperdalam, dengan tujuan meningkatkan pemahaman di kader yang baru
selesai Mabim dan untuk menambah wawasan senior-senior. Sehingga hari ini kami
mendatangkan Wibowo sebagaimana lebih memperhalus lagi, karena banyak hal yang
menjadi kejanggalan dari pemahaman kader yang belum sampai dan mencoba untuk
memahami, tetapi dengan pemikiran sendiri,” ungkapnya.
PMKRI tidak boleh tertutup terhadap keadaan
terutama keadaan sosial di masyarakat, karena disana banyak hal yang terjadi
sementara kita tidak tau tentang kondisi itu makanya mereka harus peka terhadap
kondisi di masyarakat saat ini.
Yohanes berharap agar materi yang telah diberikan
mudah dipahami agar tidak sia-sia. Karena dalam organ pergerakan materi langkah
praktis dan lain-lain harus bisa dijalankan.
“Kalau materi tidak dipahami bagaimana langkah
praktisnya, gerakannya, sehingga lebih ditekankan pada pemahaman kader sendiri ketika
mendapatkan materi yang diberikan,” harapnya. (Erna)
Tidak ada komentar