Dosen Ilmu Komunikasi Unitri Latif Fianto Terbitkan Novel berjudul 'Karang Cemara'
Sampul Buku Karang Cemara Karya Karya Latif Fianto |
Papyrus - Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Tribhuwana Tungggadewi (Unitri) Malang Latif Fianto menerbitkan novel keduanya dengan judul "Karang Cemara" setelah novelnya yang pertama yang berjudul "Batas Sepasang Kekasi", Kamis (10/06/2021).
Latif mengungkapkan, pencarian ide untuk penulisan novel ini tidak terlalu lama."Kita biasanyakan suka menulis tentang sesuatu yang dekat dengan hidup kita, jadi itu memang tidak akan lama," jelasnya.
Novel yang berjudul Karang Cemara itu di tulis oleh Latif dalam waktu tiga bulan ditahun 2018 lalu. Latif mangaku, Novel ini, sebelum diterbitkan, sudah pernah diikutkan lomba beberapa kali.
"Setelah selesai penulisannya, novel ini saya ikutkan lomba, tetapi karena belum beruntung, kembali saya edit, lalu saya ikutkan lomba lagi tetapi masih belum beruntung juga" ungkapnya.
Latif menambahkan, setelah diikutkan lomba selama beberapa kali itu, baru buku ini Ia kirimkan ke Elex Media Komputindo untuk dicetak.
"Setelah diikutkan lomba, terakhir saya kirimkan ke Elex Media Komputindo, tapi itu setelah melewati editan ke-tiga atau ke-empat," tambahnya.
Novel ini sendiri berkisah tentang seseorang pemuda yang sedang berkuliah di Jogja, yang kemudian harus pulang karena ayahnya meninggal dunia. Kepulangannya ke kampung halamanya itu, membuat dia kemudian menjadi bernostalgia dengan kehidupan masa lalunya, tentang masa kecilnya dan tentang seseorang gadis desa yang menjadi bagian dalam hidupnya.
Latif menjelaskan, selain mengisahkan tentang cinta dan persahabatan, novel ini juga mengangkat kisah tentang eksploitasi alam yang terjadi di desa si Tokoh aku dalam novel ini. Desa yang di pesisir pantai bagian utaranya yang banyak ditumbuhi pohon Cemara Udang, karena ada permainan politik di desa itu akhirnya nanti pohon-pohon itu akan di tebang semuanya dan kemudian akan diganti dengan tambak udang. Nantinya juga limbah dari tambak ini akan sangat menggangu masyarakat sekitar yang sedang berlibur di pantai desa ini.
"Novel ini, bisa dibilang sebagai bentuk kritik sayalah, terhadap eksploitasi alam yang biasa terjadi sekarang," tutupnya. (Alex)
Tidak ada komentar