Terbatasnya Sarana dan Prasarana, SDN 44 Terentang Memilih Menggunakan Metode Luring di Tengah Pandemi
Kondisi SDN 44 Terentang |
Papyrus - Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak awal tahun 2020 mewajibkan pemerintah untuk mengeluarkan perintah agar semua sekolah yang ada di Indonesia melakukan kegiatan belajar-mengajar dari rumah (Daring). Karena terbatasnya sarana dan prasaran SDN 44 Terentang Desa Subah Kecamatan Tayan Hilir Kabupaten Sanggau memilih menggunakan metode luring, Rabu (30/06/2021).
Claudia Suati Goa, salah satu guru di SDN 44 Terentang, menjelaskan bahwa kegiatan belajar mengajar sistem Daring sulit dilakukan di SDN 44 Terentang.“Di sekolah ini, di Dusun Terentang ini kalau masalah jaringan lumayan bagus untuk akses Daring tetapi kesulitannya kami disini yang pertama, namanya siswa SD ini kan mungkin tidak diperkenankan orang tua bermain handphone secara bebas meskipun itu masih didalam kontrol mereka, tetapi terkadang orang tua banyak tidak percaya itu kesulitannya meskipun mereka punya (handphone),kemudian yang kedua mereka terkadang punya handphone tetapi mereka sulit yang namanya IT inikan tidak semua orang tahu, apalagi anak kecil (anak SD),mereka sulit membuka aplikasi ini dan itu itu yang menjadi kesulitan kami untuk Daring," tegas Claudia Suati Goa.
Claudia Suati Goa memaparkan proses metode Luring yang dilaksanakan oleh SDN 44 Terentang.
“Dengan cara memberi informasi kepada orang tua atau kepada teman yang biasanya sudah memiliki nomor WhattApp jadi kami bisa informasikan lewat teman,membuat grup kelas atau grup mata pelajaran,misalnya pelajaran agama,disampaikan lewat grup. Beberapa orang anak yang tidak mempunyai Handphone bisa bertanya kepada teman yang mempunyai handphone agar mengambil tugas di sekolah setelah mengambil tugas ada penjelasan sedikit," jelas Claudia Suati Goa.
Claudia Suati Goa menjelaskan pihak SDN 44 Terentang membagikan jadwal kepada seluruh kelas untk menghindari terjadinya kerumunan.
“Karena SD ini kan jumlah kelasnya kami ini ada enam, jadi dibuatkan jadwal, misalnya senin-selasa untuk kelas 1 dan 2, rabu-kamis kelas 3 dan 4, dan hari jum’at-sabtunya kelas 5 dan 6 dan dengan waktu yang berbeda, misalnya dari jam 8 sampai jam 9 dan jam 9 sampai jam 10 sehingga anak-anak tidak berkumpul terlalu ramai," tutupnya. (Adri)
Tidak ada komentar