Bangun Usaha, Salah Satu Penjual Topeng Malangan: Generaai Muda Harus Kenal Budaya
Dokumentasi Li Hong Penjual Topeng Malangan |
Papyrus - Kehidupan kurang baik yang sebelumnya di alami oleh Li Hong membuatnya bangkit dan membangun usaha topeng di Kecamatan Kemantren, Desa Jabung, Jumaat (02/06/2021).
Kelestarian topeng yang semakin punah, membuat Li Hong laki-laki asal Jabung Kabupaten Malang mendirikan usaha topeng Malangan. Usaha yang dirintis sejak 2016 ini cukup menjadi sorotan di Kecamatan Jabung, pasalnya dahulu sosok Li Hong dikenal sebagai preman di kawasan tersebut.
Li Hong hidup di kawasan Gang Tatto yang mana di kawasan tersebut mempunyai citra menyeramkan karena banyak sosok laki-laki bertubuh besar serta bertatto. Li Hong mengawali karirnya sebagai seniman topeng Malangan berawal dari keinginannya untuk belajar terhadap budaya Malangan, Li Hong melihat pemuda zaman sekarang sudah banyak meninggalkan kebudayaan lokal dan memilih kebudayaan luar.
Li Hong menuturkan lingkungan yang kurang baik di Gang Tatto memberikan dampak yang buruk terhadap anak-anak yang masih sekolah sehingga
"Awalnya memang susah untuk mengajari anak-anak yang sebelumnya sudah tahu mengenai kebiasaan buruk yang dulu kami lakukan, tetapi kami bertekad untuk mengemas pembelajaran mengenai budaya dengan permainan sehingga tidak bosan. Alhamdulillah anak-anak disini sedikit demi sedikit justru bersemangat dalam belajar," ungkapnya.
Pembelajaran tersebut tidak serta merta tumbuh asli dalam diri Li Hong. Tahun 2016 Li Hong harus belajar tari terlebih dahulu selama satu tahun sebelum belajar mengukir kayu menjadi topeng, hal tersebut adalah syarat wajib yang harus dilakukan Li Hong. Satu tahun terlewati, setelah mahir dalam hal tarian, Li Hong pun mulai diajari mengukir kayu menjadi sebuah topeng.
Di samping memberikan pengajaran terhadap anak-anak mengenai topeng, Li Hong menjual hasil buatan topengnya agar hasil yang didapat bisa bermanfaat di sektor perekonomian keluarganya.
Li Hong menjelaskan penanaman budaya terhadap anak-anak harus bersifat menghibur sehingga ia dan kawan-kawan berinisiatif untuk melakukan kegiatan rutin membuat topeng seminggu sekali.
"Kalo untuk anak-anak biasanya kita mengandalkan daur ulang sampah kertas itu untuk dibentuk menjadi sebuah topeng, jika sudah dalam proses pembuatan seperti itu nanti kita juga akan menjelaskan mengenai karakter warna, bentuk, dan corak topeng yang aslinya memiliki makna sendiri-sendiri," tuturnya.
Li Hong berharap dengan adanya kegiatan positif yang berada di Gang Tatto bisa membawa perubahan yang baik di mata masyarakat mengenai kehidupan Gang itu sebelumnya.
"Karena memang dulu disini dikenal dengan pembuatan tato dan kedepannya berharap supaya orang itu kalo mengenal Gang Tatto bukan hanya sebagai tempat yang buruk, melainkan tempat edukasi yang bagus juga," tutupnya. (Rayna/Devina)
Tidak ada komentar