Terbitkan Buku Ke Empat, Latif Fianto : Karena Teringat Kenangan Masa Kecil
Tengah Berlangsungnya Launcing Buku "Karang Cemara". Latif Fianto Penulis buku Karang Cemara (kiri). Fidyastria Saspida, Pembedah buku Karang Cemara (kanan) |
Papyrus - Dosen Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi, Universitas Tribhuwana Tunggadewi (Unitri) Malang, Latif Fianto mengadakan launching dan diskusi buku karyanya yang berjudul "Karang Cemara" bersama dengan Fidyastria Saspida dari Elex Media Managing Editor of Fiction Publication secara online via zoom Minggu, (22/08/21).
Diketahui buku yang berjudul "Karang Cemara" ini merupakan karya ke empat yang di tulis oleh Latif Fianto selaku Dosen dari Prodi Ilmu Komunikasi.
Latif Fianto menyampaikan ide cerita buku Karang Cemara ini terinspirasi dari kebudayaan dan keadaan sosial masyarakat Madura, terutama Sumenep.
"Ada banyak pengalaman masa kanak-kanak yang berkelindan di kepala, tentang kebiasaan anak-anak Madura yang harus mengaji di surau setiap malam, keadaan yang dimana anak-anak hanya perlu mengikuti apa yang ada dan dianggap sudah mapan tanpa diberikan kesempatan untuk bertanya dan memeriksa kembali keadaan dan sistem yang mapan itu, terutama setiap apa yang terjadi itu pasti ada campur tangan penguasa/politik didalamnya," ungkap nya saat di wawancarai wartawan Papyrus Sabtu, 21/08/21.
Latif Fianto juga menambahkan, latar belakang diambilnya judul "Karang Cemara" yaitu dari nama salah satu desa yang kemudian dilakukan riset kecil-kecilan saat proses penulisannya.
"Saya pikir, riset itu penting dilakukan untuk mempertajam kisah yang ditulis, dan Karang Cemara sudah cukup mewakili apa yang ingin saya sampaikan melalui novel ini," Tambahnya.
Di dalam wawancara tersebut, Latif Fianto mengatakan untuk tetap konsisten dalam menulis. Perlu mengingat tujuan dari menulis tersebut, sehingga tidak meninggalkan sesuatu yang sudah kita mulai.
"Untuk memelihara konsistensi itu harus terus memacu diri untuk semangat berkompetisi, dan mengingatkan diri sendiri bahwa kita bukanlah siapa-siapa ditengah semesta yang luas," paparnya.
Latif Fianto juga menuturkan, buku tersebut ditulis sejak tahun 2018 dan terus diperbaiki sehingga kemudian baru diterbitkan pada awal tahun 2021. Hal ini berlangsung karena cerita yang dibuat harus tajam secara konflik serta detail.
"Maksudnya dalam cerita harus terus berkesinambungan antara bab 1 dan bab selanjutnya, serta bagaimana agar jalinan ceritanya memiliki hubungan kausalitas yang kuat," tutupnya (Asri/Diana).
Tidak ada komentar