Sebagai Bentuk Kepedulian Terhadap Perempuan, Omek Cipayung Unitri Adakan Sosialisasi Isu
Tengah Berlangsungnya Kegiatan sosialisasi Dari Para Omek |
Papyrus - Organisasi Mahasiswa Eksternal (OMEK) Cipayung Universitas Tribhuwana Tunggadewi (Unitri) Malang, menyelenggarakan sosialisasi isu terkait perkawinan dini dan stunting kematian ibu dan anak, bersama dengan Organisasi Daerah (Orda) di Graha lantai 2, Senin 25/10.
Berbicara mengenai perempuan sampai saat ini masih terus di perbincangkan dan menjadi suatu problema yang cukup besar, hal tersebut karena perempuan sangat berperan penting dalam kemajuan suatu negara. Dapat dikatakan demikian, karena perempuan dapat memberikan generasi penerus bangsa yang nantinya akan menentukan nasib negara tersebut.
Tetapi, sampai saat ini masih banyak hal yang menjadi permasalahan yang cukup serius yang dialami oleh kaum perempuan. Seperti perkawinan dini dan stunting kematian ibu dan anak, yang tentunya dapat memberi dampak buruk bagi suatu negara.
Melihat situasi dan kondisi yang seperti itu, Omek se-Unitri merasa memiliki tanggung jawab untuk memberikan sedikit pemahaman bagi kaum perempuan yang ada di Unitri. Oleh karena dari aliansi perempuan Cipayung mengadakan kegiatan sosialisasi isu terkait kedua hal tersebut.
Diketahui dari kegiatan itu mengangkat tema "Perempuan Berbicara". Karena yang saat ini dibicarakan mengenai problematika yang dialami perempuan, sehingga yang seharusnya sadar itu perempuan itu juga.
Koordinator kegiatan, Veronika Boleng Kelen mengungkapkan hal yang melatar belakangi mereka melakukan kegiatan tersebut, karena melihat situasi maraknya pernikahan dini yang ada di Indonesia terlebih khusus di tengah pandemi ini.
"Saya menganggap perlu untuk melakukan sosialisasi, agar kita sebagai mahasiswa bisa melakukan edukasi lebih kepada masyarakat umum, terutama keluarga kita," ungkapnya saat ditemui wartawan Papyrus pada Minggu, 24/10.
Dalam kegiatan tersebut Omek Cipayung mengundang beberapa perwakilan dari Orda yang ada di Unitri dan juga WHN untuk turut mengikuti sosialisasi tersebut. Uniknya sosialisasi ini tidak hanya dihadiri oleh perempuan saja, namun juga laki-laki pun ikut berpartisipasi dalam sosialisasi ini sehingga permasalahan tersebut tidak hanya dibebankan kepada perempuan saja, tetapi laki-laki pun ikut berperan penting.
Membahas mengenai perkawinan dini, berdasarkan Survei Data Kependudukan Indonesia (SDKI) 2007, pernikahan dini di Indonesia mencapai 50 juta penduduk dengan rata-rata usia perkawinan 19,1 tahun. Di Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Jambi, dan Jawa Barat, angka kejadian pernikahan dini berturut-turut 39,4%, 35,5%, 30,6%, dan 36%. Bahkan di sejumlah pedesaan, pernikahan seringkali dilakukan segera setelah anak perempuan mendapat haid pertama.
Dari perkawinan dini tersebut dapat memberikan dampak bagi bayi yang dilahirkan, karena anatomi tubuh anak belum siap untuk proses mengandung maupun melahirkan. Sehingga bayi yang dilahirkan kebanyakan prematur yang beresiko mengalami keterlambatan perkembangan.
Bahkan akibat dari perkawinan dini tersebut bagi anak perempuan berusia 10-14 tahun berisiko lima kali lipat meninggal saat hamil maupun bersalin,dibandingkan kelompok usia 20-24 tahun. Sementara risiko ini meningkat dua kali lipat pada kelompok usia 15-19 tahun.
Erni juga mengutarakan hal yang perlu diperbaiki untuk kedepannya terkait kedua masalah tersebut. dan juga harapannya setelah diadakan sosialisasi ini dapat memberikan manfaat dan menjadi acuan bagi masyarakat.
"Karena kasus pernikahan dini itu masih banyak dan setiap tahun meningkat, dan stunting di Indonesia itu sangat tinggi terutama dibagian timur Indonesia, harapannya untuk kegiatan ini kedepannya semoga ilmu yang diberikan itu bermanfaat dan hasil diskusinya itu bisa menjadi acuan berfikir untuk semua mahasiswa," terangnya.
Ketua pelaksana, Luthfi Indra Wahyudi menjelaskan terkait teknis kegiatan tersebut karena mengingat masih dalam situasi pandemi.
"Dari setiap Orda ada dua delegasi yang mewakili untuk mengikuti kegiatan ini, karena dari perwakilan tersebut setelah pulang dari kegiatan ini pasti akan berbicara kepada kelompok nya," ujarnya.
Lutfhi pun menambahkan tekait kendala-kendala yang dialami selama mempersiapkan kegiatan ini sehingga dapat berjalan dengan lancar.
"Ini kan mengenai Cipayung dan dari 5 Omek sehingga lebih kepada manajemen waktu lah ya, karena kita memiliki kesibukan masing-masing dan jam yang mungkin bentrok untuk selebihnya berjalan dengan baik," tutupnya. (Asri/Atris)
Tidak ada komentar