Terapkan Metode Pelarut, Dosen Unitri Teliti Biji Kemiri Jadi Minyak Berkualitas Tinggi
Dosen Program Studi Teknik Kimia Dr. Zuhdi Ma'sum S.T., M.T, bersama mahasiswa Teknik Kimia melakukan penelitian minyak kemiri di Ruang Kemahasiswaan Unitri, Jumat, 27/01 |
Papyrus - Salah satu Dosen Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Tribhuwana Tunggadewi (Unitri) Malang Dr. Zuhdi Ma'sum S.T., M.T, melakukan penelitian terkait cara pengolahan minyak kemiri, mulai dari proses pengolahan bahan mentah, hingga menjadi produk minyak kemiri murni, yang berkualitas, dengan harga pasar tinggi.
Dosen Program Studi Teknik Kimia Dr. Zuhdi Ma'sum S.T., M.T, mengungkapkan, proses pengolahan minyak kemiri, dilakukan menggunakan mesin pres, yang akan menghasilkan minyak murni. Tetapi, pada penelitian yang dilakukannya, menggunakan metode pelarut. Sehingga, menghasilkan minyak kemiri yang berkualitas.
"Proses pengolahan kemiri menjadi minyak, bisa dilakukan menggunakan mesin pres dan akan menghasilkan minyak murni. Namun, ada metode lain agar bisa menghasilkan minyak kemiri yang lebih berkualitas yaitu, dengan menggunakan pelarut," ungkapnya Dr. Zuhdi, yang sekarang menjabat sebagai Kepala Biro Kemahasiswaan, pada Sabtu, 28/01.
Zuhdi menambahkan, penggunaan pelarut dalam minyak kemiri, agar minyak yang dihasilkan lebih berkualitas. Selain itu, juga dapat mengetahui pelarut tersebut berkualitas atau tidak.
"Penggunaan pelarut pada penelitian ini, supaya kita tahu, mana pelarut yang dapat menghasilkan kualitas yang bagus, tanpa melalui proses pengolahan panjang. Kemudian, pelarut yang dalam pengolahannya, akan memakan waktu yang cukup lama," tambahnya.
Diketahui, pada penelitian minyak kemiri tersebut, menggunakan empat jenis pelarut. Diantaranya, pelarut yang mengandung Heksan, Aseton, Etanol, dan Metanol.
Zuhdi juga menerangkan bahwa, larutan etanol, metanol, heksan juga aseton dapat menghasilkan minyak berkualitas baik. Akan tetapi, penggunaannya sangat berbahaya jika dikonsumsi.
"Pelarut etanol dan metanol memang harganya tergolong mahal, dan dapat menghasilkan kualitas minyak yang lebih bagus. Karena, pelarut ini hampir tidak memiliki kadar air di dalamnya. Jika dibandingkan dengan pelarut heksan dan aseton, yang mengandung air dan tidak bisa dikonsumsi. Namun, hanya bisa digunakan di luar tubuh saja," ungkapnya.
Adapun, penelitian tersebut, berawal dari pertanyaan mahasiswa tentang cara mengatasi masalah harga jual kemiri, yang tergolong rendah di pasar.
Kepala biro kemahasiswaan itu juga berharap, agar mahasiswa bisa menekuni apa yang telah menjadi penelitiannya, sampai bisa menghasilkan minyak kemiri, yang berkualitas tinggi.
"Saya berharap, agar mereka menekuni apa yang telah saya teliti ini. Sehingga, nantinya mereka bisa menghasilkan minyak kemiri yang berkualitas tinggi," pungkasnya. (Jhon/Natan)
Tidak ada komentar